Senin, 18 November 2013

Bumi Rusak Kita Bertindak

    Oleh : Muhammad RidhoNurrohim

    Pagi-pagi begini aku sudah berkeringat banyak, alasannya seperti pagi-pagi sebelumnya yaitu aku sedang menuntun motorku dari gerbang sekolah menuju tempat parkir. Coba kau bayangkan bila kau menuntun motormu dari gerbang sekolahmu menuju tempat parkir, kelakuanmu itu akan terlihat bodoh di mata orang lain, namun memang seperti itulah sekolahku, yang mewajibkan siswanya untuk tidak menyalakan kendaraan bermotor dikawasan sekolah. Alasannya sih, agar sekolahku terbebas dari polusi udara.
    Para siswa biasanya menyebut agenda tersebut dengan nama engine off. Bagi siswa yang sulit diatur, menganggap agenda tersebut tidaklah bermanfaat dan hanya merepotkannya saja. Namun disisi lain bila ada keburukan pasti ada kebaikan, contohnya mereka anak-anak OSIS dan Adiwiyata, yang ternyata senang mengikuti dan berpartisipasi dalam agenda engine off ini. Dan alasan mereka semua mengikuti Adiwiyata, karena mereka mencintai alam, sehingga engine off merupakan salah bentuk kebaktian mereka terhadap alam ini. Hahaha, tapi menurutku paling-paling mereka semua hanya ingin eksis saja dan membuat perhatian didepan guru-guru.
    Sesampainya aku di parkiran, aku mulai menyetandarkan motorku dan menaruh helmku diatas spion. Saat ini aku menunggu Fahri yang sedang menyetandarkan motornya yang kira-kira 10 langkah dari tempat aku berdiri. Setelah Fahri selesai menyetandarkan motornya dia menghampiriku.
    “Hahahahaha, lama-kelamaan badan kita bisa jadi sixpack ni, habisnya tiap pagi pasti kita fitness terus”, Fahri berkata seraya merangkul pundakku.
    “Hahaha, betul bikin susah aja nih cah Adiwiyata” aku tertawa sambil merangkulnya kembali.
    Dan ternyata yang mendengarkan lelucon kami itu tidak hanya aku seorang, tetapi Ais salah satu anggota Adiwiyata juga mendengarkannya. Langsung saja dia menghampiriku seraya bibir manisnya berkata “Eh kamu jangan gitu dong Son! Agenda ini kan juga bermanfaat buat kita semua para penghuni bumi”.
    “HA!!!..penghuni bumi.. alay banget ni bahasanya” hatiku berkata
    Waktu berjalan dan banyak sekali kata yang dikeluarkan, banyak sekali nasihat yang diberikannya, tetapi tetap saja bagi siswa “nakal” sepertiku nasihat tersebut hanya lewat di telinga kanan dan keluar di telinga kiri.
    “Sudah ah aku malas bicara sama kamu... Eh eh tapi bila kau sedang menasihatiku, kau terlihat canitk sekali deh Is” aku merayu sembari menyudahi pembicaraan kami.
    Tiba-tiba temanku Fahri merasa cemburu mendengarkan rayuaanku terhadap Ais, ya tentu saja karena dia memiliki perasaan terhadap Ais, tentu saja rasa cinta. Dan hal itulah yang membuat lucu, karena Fahri sendiri tidak suka dengan anak-anak Adiwiyata tetapi dia sendiri justru jatuh cinta terhadap Ais, salah satu anggota Adiwiyata.
    Tiba-tiba dari belakang ada seseorang yang mendorongku sehingga tubuhku terjatuh. Setelah kubalikan badanku, Ternyata yang mendorongku adalah Ais setelahnya banyak siswa yang menyaksikannya dan hal itu membuatku malu. Kemudian aku terdiam sejenak memikirkan kejadian ini, apakah mungkin karena aku telah menggodanya sehingga dia mendorongku ya? ah tapi menurutku itu tidak mungkin aku hanya berkata biasa saja kepadanya dan tidak terlalu begitu frontal. Hingga detik ini aku masih bingung melihat wajah kesalnya, aku bertanya-tanya apa yang ada di balik wajah kesalnya?
    Untuk itu aku bertanya kepadanya “Ais kamu kenapa sih? kalo masalah karena aku menggodamu, aku minta maaf deh” seraya aku mengajak bersalaman dengannya.
    Tetapi dia tetap saja diam, dan sepertinya ada hal yang lain yang menjadi alasan mengapa dia begitu kesal kepadaku. Kemudian selang beberapa menit Bu Indah datang menghampiri kami berdua
    “Nak Soni! Nak ais!! Kalian berdua ngapain? kok malah ribut begini kayak anak kecil saja. Lebih baik kita bicarakan di masjid, ayo ikut ibu!” ajak Bu Indah kepada kami berdua.
    Sesampainya di Masjid, Bu Indah menanyakan kami berdua tentang kejadian tersebut. Diantara kami berdua belum ada yang menjawabnya, selang beberapa menit aku membuka pembicaraanya.
    “Saya juga tidak tahu bu, tiba-tiba Ais mendorongku Bu. Kemudian aku meminta maaf kepadanya, Ais malah diam saja Bu” ujar aku. “Dia mengambek kali Bu” aku berkata dengan nada mengejek
    Tiba-tiba Ais menjelaskan alasannya dengan lantang “Aku kesal dengan Soni, Bu. Dia sepertinya tidak suka dengan Adiwiyata. Di saat aku ingin menasihatinya dia justru menggodaku“ ujar Ais dengan kesal.
    “Oo jadi seperti itu alasannya mengapa kalian ribut di tempat parkir?” tanya Bu Indah
    “Buat Nak Soni, nasihat Nak Ais itu kan baik. Mengapa kamu justru mengabaikannya?” tegas Ibu kepadaku seraya menatap tajam ke arahku. Perasaanku saat ini sangat takut ditambah dengan tatapan tajamnya yang mengintimidasiku.
    “Dan nak Ais juga jangan langsung bertindak seperti itu karena bisa mencelakan nak Soni! Kalian berdua mengerti?” tanya ibu kepada kami. “Iya Bu kami mengerti” jawab kami berdua.
    “Mungkin Sony kamu belum begitu mengerti fungsi Adiwiyata. Oleh sebab itu ibu ceritakan tentang Adiwiyata terlebih dahulu, terutama tentang kegiatan engine off.  Tetapi kalian baikan terlebih dahulu baru ibu akan bercerita” pinta ibu kepada kami berdua. Kemudian kami memutuskan saling bermaafan.
    “Nah gitu dong. ibu sebagai wali kelas kalian sangat senang melihat kalian baikan seperti ini. Nah kalau begitu ibu akan bercerita“ ujar Bu Indah dengan senang
    “Bumi kita saat ini sangat panas, tentu saja ada banyak faktor yang menyebabkan mengapa bumi kita semakin panas. Salah satunya adalah polusi udara yang disebabkan gas karbon monoksida atau CO, tentu kita tau semua, gas CO berasal dari knalpot motor. Nah terutama motormu Nak Soni bikin polusi saja” tersenyum sambil menatapku “
    ”Hahaha iya bu maaf “ jawabku.
    “Nah kegiatan engine off yang digerakkan oleh anak-anak Adiwiyata sangat membantu sekali, walaupun terlihat kecil namun efeknya sangat besar, terutama buat sekolah kita” ujar Bu Indah
     “Nah,, benerkan Son organisasi Adiwiyata itu bermanfaat.” Ujar Ais dengan bangganya
    “Haha iya ni bener kamu Is. Aku juga minta maaf ya Is “ ujarku sembari meminta maaf
    “Haha iya, iya son aku juga sama tadi mendorong mu..Oo ya sudah bel nih ayo masuk ke kelas” ajak Ais. Kami pun berpamitan dengan Bu Indah untuk masuk kelas mengikuti pelajaran.
    Setelah pembeciraan itu banyak sekali manfaat yang aku dapatkan. Dan mulai dari sekarang, hal itu akan menjadi prinspiku. Walaupun aku bukan anak Adiwiyata atau pun pencinta alam, aku akan selalu menjaga bumi ini. Dan bila ada yang merusak bumi ini, maka berhadapan dengan aku!!!